Kamis, 19 Mei 2011

Antara Puas Dan Syukur

Antara Puas Dan Syukur 
Perbedaan Antara Puas Dan Syukur  
Kadang-kadang bahkan mungkin sering kita dengar kata-kata
"Manusia itu memang tidak pernah puas, kecuali sudah mati",
atau yang senada "Manusia itu tidak pernah merasa cukup",.

Pernyataan ini apakah benar?
Apakah pernyataan diatas tidak mengingkari hati nurani?
Apakah pernyataan diatas tidak bertentangan dengan fitrah?
Apakah pernyataan diatas tidak menyelisihi syara'?

Mari kita bahas pernyataan diatas tersebut, yang menurut saya
pernyataan-pernyataan yang senada tersebut 'biasanya' lebih mengarah pada
pafam kesufian (maaf bila ada kurang berkenan,bukan menuduh cuma
berdsarakan realitas yang sering terjadi).

Berdasarkan yang saya baca dan dengar, maka sampailah saya pada
suatu kesimpulan bahwa ILMU DAN AMAL harus sejajar, sebanding(bersanding),
bersesuaian. Artinya ketika ilmu meningkat, maka amal seseorang juga
harus mengejar ilmu tersebut supaya bermanfaat, dan ketika amal seseorang
dituntut untuk meninggi maka ilmu pun harus menyesuaiakan dengan amal,
sehingga apa yang dilakukan tidak percuma.

Dengan kondisi seperti ini maka sebetulnya manusia hidup didunia itu
memang sudah seharusnya tidak boleh merasa puas/cukup dengan apa yang
sudah didapatkan???, tapi justru manusia hidup didunia itu harus terus
berusaha, terus bekerja sampai Alloh Azza wa Jalla memanggilnya. Maka,
sudah seharusnya manusia itu merasa tidak puas, karena dengan tidak puas
manusia akan terus beramal, berusaha, berkarya, dll.

Pernyataan bahwa manusia itu tidak pernah puas bisa menjadi baik bila
ditinjau dari perspektif yang positif, artinya hal ini sebenarnya adalah
sesuai dengan fitrah manusia bahwa manusia itu memang tidak pernah
puas, kalo sudah fitrah maka sebenarnya fitrah itu lurus, fitrah itu suci
fitrah itu sesuai dengan hukum alam, sesuai dengan sunatulloh, kecuali
fitrah manusianya sudah terkotori.
Adanya keinginan bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin, besok harus
lebih baik dari hari ini, dst., ini menunjukkan ketidak puasan secara fitrah.

Secara syara' pun tidak ada dalil-dalil yang menyatakan bahwa manusia hidup
didunia itu harus merasa puas, harus merasa cukup, kecuali di akhirat kelak.
Jadi manusia boleh merasa puas itu nanti di akhirat berdasarkan amal maksimal
yang sudah dilakukan di dunia, artinya selama didunia manusia itu TIDAK BOLEH
MENINGGALKAN ILMU DAN AMAL.

Alloh SWT berfirman sbb:
QS 58:22 :
"Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat,
saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan
Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak
atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah
orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan
menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya.
'Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga' yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. 'Allah ridha terhadap mereka,
dan merekapun merasa puas' terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah 
golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah
golongan yang beruntung".

QS 89:28
"Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya".

QS 92:21
"Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan".

Yang ada adalah bahwa manusia itu harus mensyukuri atas nikmat yang Alloh SWT
berikan sbb:
QS 14:7
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Syukur dan puas jelas berbeda, kalo syukur artinya kita ridho dengan
yang Alloh berikan tetapi tidak mengarah kepada berhentinya amal, sedangkan 
kalo merasa puas, merasa cukup ini akan berhenti amal.

Jadi kalo ada orang Islam yang mengatakan bahwa saya belum puas dengan
apa yang sudah saya dapat, menurut saya hal itu bagus karena akan menyebabkan
orang tersebut akan terus berkreasi, terus bekerja, terus mencari ilmu, terus 
beramal
sampai akhir hayat.
Artinya supaya pernyataan 'saya tidak puas' itu bisa dilihat dari perspektif 
yang
postif maka hal ini harus didasari dengan ilmu, dan ketidak puasan tertinggi 
yang
baik menurut saya adalah ketidak puasan terhadap ilmu, artinya setiap orang 
mestinya
tidak pernah berhenti untuk menuntut ilmu, sebab ilmu bagaikan pelita.

Kalo ada orang pernah menyatakan bahwa saya sudah cukup puas, apa gunanya hidup
didunia?, seolah olah apa yang harus dia lakukan (taklif) adalah sudah selesai.
Apakah kita manusia mengetahui bahwa rizki kita sampai disini?
Apakah kita manusia mengetahui bahwa fungsi/posisi sekarang adalah sudah 
maksimal?
Apakah kita manusia juga mengetahui bahwa amal kita hanya sampai disini?

Kalo pun ada yang mengetahui maka itu hanya Alloh Azza wa Jalla yang mengetahui,
karena DIA lah PENCIPTA/PENGATUR/PENENTU, kalo manusia ada yang mengatakan
bahwa apa yang saya lakukan sudah cukup, berarti dia lebih tahu dari Alloh, 
berarti
dia PLAYING GOD.

Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya kalo tidak 
salah
derajatnya hasan.
Rasululloh SAW bersabda yang terjemahan bebasnya adalah bahwa Alloh tidak akan 
mencabut
nyawa manusia sampai apa yang menjadi haknya didunia terpenuhi termasuk 
rizkinya.
Nah, yang menjadi masalah adalah bahwa apakah manusia itu tahu sampai batas mana
rizkinya?, sementara apa yang menjadi ketetapan Alloh itu tertulis di Lauh 
Mahfuz,
artinya kalo manusia mengetahui bahwa batas rizkinya sampai disini, maka manusia
tersebut mengetahui apa yang tertulis di Lauh Mahfuz, MUNGKINKAH????

Jadi pernyataan manunsia bahwa saya sudah puas, saya sudah cukup secara kejiwaan
pun akan berdampak kurang baik, kenapa? bisa menyebabkan manusia menjadi malas,
atau memang mungkin pernyataan ini adalah pernyataan orang yang malas, sementara
dalam Islam manusia itu tidak boleh malas, karena katanya malas itu temannya
setan (wallohu a'lam).
Rasul dan para sahabat pun tidak pernah merasa puas dengan apa yang sudah 
didapat,
setelah futuh Mekkah, perjuangan Islam terus dilanjutkan keluar jazirah arab.

Supaya pernyataan 'saya tidak puas' itu tidak mengarah pada faham materialisme
semata seperti didunia barat, maka ketidakpuasan tersebut harus sesuai dengan
fitrah manusia yang suci, juga harus ada ilmu dan tidak keluar dari syari'at.

Jadi pernyataan 'SAYA SUDAH PUAS' itu selain menyalahi akal (fitrah didalamnya) 
juga
menyalahi syara', dan pernyataan inilah yang merupakan salah satu penyebab umat
ini mati, bukan Islam nya yang mati.
Ada sedikit cerita  antara si Puas dan si Syukur.
kisah antara si puas dan si syukur ini bisa lebih mudah di mengerti.
Ini kisah tentang dua orang saudara kembar yang hidup di desa, yang satu bernama Syukur dan yang satu bernama Puas. Bagaimana mereka berdua tampak sama tetapi sesungguhnya berbeda.
Di ulang tahun mereka yang ke-7 ayah mereka membelikan dua buah sepeda baru. Keesokan harinya ketika matahari fajar baru saja mengintip, Ibu si kembar mendapati Syukur dan Puas sudah tidak ada di tempat tidur mereka. Syukur sudah pergi ke danau di pinggir desa dengan sepeda barunya, dia memang sudah lama ingin sekali mendapat kesempatan berkeliling danau itu, ia ingin melihat keindahannya, hewan-hewan yang ada di sisi utara danau, sampai ke bagian ujung tenggara yang katanya menyimpan banyak tumbuhan langka yang berkhasiat obat. Sedangkan Si Puas ternyata ada di belakang rumah sedang mencuci dan mengelap sepedanya itunya hingga mengkilat setengah harian penuh! setelah selesai, Puas duduk mengaso sambil memandangi dengan tatapan kagum akan keindahan sepeda barunya yang kinclong itu. Hampir tak sedetikpun matanya berkejap. Hingga senja menyingsing, dan si Syukur sudah kembali dengan seribu cerita tentang keindahan danau, aneka ragam hewan lucu dan tumbuhan aneh yang ditemuinya, Puas masih duduk tersenyum-senyum sendiri memandangi sepedanya.
Si Syukur bersyukur akan sepeda barunya, si Puas merasa Puas dengan sepeda barunya.
Di usia remaja, sebagai hadiah kelulusan dari SMA orang tua mereka memberi uang 1 juta rupiah. Malam itu si Puas langsung mentraktir makan dan minum teman-temannya untuk merayakan keberhasilannya. Besoknya ia mengajak pacarnya ke kota untuk makan, main dan nonton di mal, sebelum pulang pacarnya melirik ke sebuah jam tangan yang tampak begitu manis di balik etalase, karena sangat bahagia dan cinta si Puas langsung menyuruh pramuniaga membawa jam itu ke kasir untuk dibayar tunai. Belum 24 jam uang 1 juta sudah amblas ditelan bumi. Di keesokan hari yang sama, Syukur berdesakkan di dalam bis kota untuk mendaftarkan diri di sebuah universitas ternama di kota terdekat desa mereka. Uang satu juta yang dipegang Syukur pun habis. Dua bulan kemudian Syukur memulai kuliahnya dan menjadi mahasiswa, saudaranya si Puas menganggur dan berpikir untuk mencari kerja saja.
Si Syukur bersyukur akan kelulusannya, Si Puas merasa Puas dengan kelulusannya.
Di umur 25, Syukur dan Puas sama-sama sudah bekerja. Tentunya sebagai lulusan Universitas Syukur memiliki pekerjaan yang lebih berbobot dan lebih baik secara kompensasi daripada si  Puas. Kemudian, datanglah sebuah kabar bahwa Ayah mereka meninggal. Surat wasiat yang dibacakan setelah pemakaman memberikan satu hektar tanah untuk Syukur dan seluruh rumah beserta isinya untuk Puas. Sebulan kemudian Syukur meninggalkan pekerjaannya di kota, menggunakan tabungannya dan kembali ke desa membuka lahan tersebut untuk dijadikan perkebunan karet. Ia membangun rumah sederhana di pinggir kebunnya dan hidup disana. Sementara si Puas cukup puas dengan pekerjaan alakadarnya dan rumah warisannya itu. Ia hidup disana, melakukan pekerjaan yang sama dan itu-itu saja sampai akhir sisa hidupnya. Beberapa tahun kemudian Syukur dikenal sebagai pengusaha agribisnis yang memiliki hampir 10.000 hektar area perkebunan karet yang menjadi tulang punggung ekonomi desa itu. Pabrik pengolahannya memepekerjakan 8000 kepala keluarga dari desa desa sekitarnya dan menghidupi hampir 25.000 orang.
Si Syukur selalu bersyukur atas segala hal yang terjadi dalam hidupnya. Si Puas selalu berpuas akan segala hal yang datang kepadanya.
Syukur dan Puas adalah dua hal yang sepintas sama, tetapi kita perlu mengerti perbedaan mendasar akan keduanya. Menjadi bersyukur berarti memahami bahwa segala hal yang terjadi pada diri kita adalah fana dan tidak akan selamanya, bahwa sebuah pemberian atau anugerah berarti tanggung jawab untuk menggunakannya untuk sebuah tujuan lain yang lebih besar. Secara kontras, menjadi berpuas adalah merasa bahwa apa yang kita dapat adalah hasil final karenanya harus dinikmati habis tanpa perlu memikirkan bahwa sesungguhnya ada sebuah grand design dari kekuatan yang jauh lebih besar di luar semuanya, seperti si Puas yang selalu merasa nyaman dengan apa yang ia dapat dan tidak pernah menyadari bahwa di depan matanya sebenarnya pintu terbuka lebar bagi dirinya untuk bertumbuh dan menjadikan keberadaannya lebih bermakna.
Sayang memang… mungkin karena Si Puas tidak pernah mendengar doa si Syukur yang dibacanya setiap malam sebelum ia tidur, begini bisik harap si syukur:
”Tuhan, berikanlah aku sebuah hati yang tidak pernah merasa puas.
Berikan aku sebuah hati yang selalu memiliki keberanian untuk menyuarakan pertanyaan-pertanyaan yang selalu takut untuk saya ajukan.
Keluarkan aku dari jerat bungkusan rasa nyaman.
Buat aku mampu menikmati apa yang engkau berikan, tetapi dalam waktu yang bersamaan limpahi aku pemahaman bahwa apa yang kau berikan itu bukanlah segala-galanya.
Biarkan aku selalu merasa bahwa SAYA SUDAH BAIK, tetapi diatas semua itu buat saya selalu melihat bahwa saya selalu bisa menjadi SESEORANG YANG JAUH LEBIH BAIK.
Karena jika saya tetap memohon kepadamu, niscaya engkau akan selalu datang dan menuntunku ke sebuah cakrawala pemahaman baru yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Memaknai warna warni baru yang belum pernah aku bayangkan ada”
-Mari selalu berSYUKUR, tetapi jangan pernah merasa PUAS!, it’s the only key for us to always grow, Don’t stop growing friends, we can always be bigger than what we already are. Our hands are meant to reach the sky, sehingga tubuh kita akan dapat mengantarkan jiwa kita kembali bersatu dengan cahaya, dan melebur bersamanya-

sumber : mail-archive.com
               ibnumars.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar

jangan lupa komentarnya....

Dapatkan Kabar Berita Terkini