Memulai usaha sejak tahun 2003, Pak Heru mengaku awal mula menjalankan usaha tersebut hanya sebagai sambilan disamping kerja pokoknya di sebuah bengkel mobil. “Ketika bekerja di bengkel saya bertemu dengan salah satu supplier kerajinan yang menawarkan untuk memproduksi kerajinan eceng gondok, kemudian saya tawarkan kepada tetangga-tetangga yang telah lebih dulu ‘maen’ di eceng hingga berlanjut sampai sekarang,” terang Pak Heru tentang awal mula menjalani usaha tersebut. Sejak saat itulah, Pak Heru yang mendapat support dari istrinya memberanikan diri mendirikan Luthfi Craft sebagai nama usaha produksi aneka kerajinan eceng gondoknya.
Bahan baku produksi didatangkan langsung dari Rawa Pening Ambarawa seharga 1,4 juta per truk dalam kondisi basah. Selanjutnya eceng gondok tersebut dijemur di Pantai Trisik Kulonprogo sekitar 2 minggu atau sesuai dengan kondisi cuaca. “Proses penjemuran sangat bergantung dengan kondisi cuaca, kalau cerah maka biasanya hanya perlu waktu 1 minggu, namun saat cuaca tidak mendukung bisa memakan waktu hingga 2 minggu,” imbuh Pak Heru tentang proses penjemuran eceng gondok.
Seperti kebanyakan usaha yang lain, Pak Heru berujar jika selama menjalankan usahanya tersebut modal sering menjadi kendala yang harus dihadapi. Untuk itu, saat ini beliau juga menginvestasikan keuntungan yang didapat dengan membangun usaha konter pulsa. “Saat ini ada empat buah konter pulsa yang kami miliki,” jelas Pak Heru. Namun produksi eceng gondok masih menjadi prioritas bapak satu orang putra tersebut. Beliau memiliki prisip selama eceng gondok masih bisa dikreasi menjadi beragam produk kerajinan, maka dirinya akan terus berkarya dan menciptakan produk-produk inovasi baru dengan bahan baku eceng gondok.
Di akhir wawancaranya, Pak Heru yang kini memiliki 30 tenaga produksi mengakui jika menjalani usaha di bidang kerajinan seperti eceng gondok harus siap mental. Hal tersebut dikarenakan selama ini meskipun melayani banyak pesanan namun keuntungan yang didapat tidaklah banyak. “Saat ini jika ingin mengambil banyak keuntungan resikonya produk tidak akan laku karena persaingan harga yang sangat ketat diantara sesama pengrajin,” kata Pak Heru. Sehingga saat ini beliau mengaku bersyukur masih sering mendapatkan pesanan baik eceran maupun partai besar. Sementara banyak usaha sejenis yang memilih gulung tikar karena kurangnya inovasi dan persaingan harga yang sangat ketat.
sumber: www.bisnisukm.com
0 komentar:
Posting Komentar
jangan lupa komentarnya....